time

Minggu, 30 Desember 2012

DESEMBER #1


Desember adalah bulan keduabelas tahun dalam Kalender Gregorian

di pagi itu,pagi terakhir dibulan desember. sunyi senyap cuaca mendung .di pagi itu Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi, burung burung hendak berbicara ,keajaiban flora dan fauna ,awan hitam terus bermunculan 

yang aku senang di bulan desember ini karena, setiap minggu pasti hujan, dan satu lagi aku paling senang saat menunggu hujan redah, seakan akan seperti pelangi yg selalu setia menunggu hujan redah di bulan desember ini. 

tapi, waktu pun berjalan seiring dgn alunan nada angin yg terus mengiringi pergi nya bulan desember. malam itu malam yg menguras tenaga dan ion tubuh, karena air mata menetes seperti hujan yg tak tau kemana ia akan meneteskan dukanya, aku hanya bisa berdoa sama Allah.


pengaruh waktu reaksi dan waktu tinggal di stabilisasi terakhir. akhirnya Jam 12 malam tiba

seolah tela di sepakati oleh alam 


akhirnya ...



#nowplaying Efek rumah kaca - december





dan harus menunggu sebelas bulan lagi, menunggu kedatangan bulan desember (っ˘з˘)っ



-penceritahujan-

Kamis, 27 Desember 2012

Spasi #2

Spasi itu bumbu kalimat. Kalau spasi nggak ada, mungkin sebuah kalimat akan terasa hambar, seperti  teh tanpa gula, atau nasi tanpa lauk.

Itu adalah spasi dalam rangkaian kalimat, elemen terkecil pembentuk cerita.

Lalu, bagaimana dengan spasi dalam kehidupan nyata?

Spasi berarti jarak. Huruf-huruf alfabetik perlu spasi agar bisa diartikan menjadi sebuah kata, atau bahkan kalimat. Sedangkan manusia memerlukan jarak, agar bisa mengartikan sesuatu rasa yang biasa disebut dengan "rindu".

Walaupun, sebenarnya, langkah untuk membuat spasi itu menyebalkan, bukan?

Di antara kedinamisan kalimat, yang dilahirkan oleh sebuah spasi, diksi tersebut harus menghadapi kekosongan dulu.

Karena spasi itu berarti jarak, spasi berarti ruang hampa, dan spasi berarti kosong.

:)

untuk orang-orang yang akan atau telah membuat spasidan membentuk sebuah kalimat bernama memori. 

#nowplaying No Regret Life - Nakushita Kotoba





#nowplaying Sigur Ros - Vaka



-penceritahujan-

Aku Cuma, Aku Hanya

Aku cuma seonggok truk, dan aku tak pernah mengharap kamu melihatku sebagai sebuah mobil mewah dua pintu.

Aku hanya tanaman bambu, bahkan aku tak pernah berdoa untuk berubah menjadi sesosok anthurium.

Aku juga cuma ulat bulu, aku tak pernah memohon agar kamu melihatku sebagai seekor angsa.

Aku hanya selembar uang seribu, aku tak pernah mau berubah menjadi cek satu milyar.

Aku cuma sepasang sandal jepit Swallow, dan pastinya aku tak ingin kamu melihatku sebagai sepatu Doctor Marten's.

Ya. Aku hanya sepeda kumbang usang, dengan batang berkarat kecokelatan. Bukan motor Piaggio bermesin otomatis, yang dengan warna cerahnya gagah menjajaki jalanan kota.

Karena aku cuma sebatang lilin, yang berdiri terseok-seok, lalu akhirnya mati, habis dan meleleh, karena sudah merasa hidup. Bagaimanapun, aku tak mau menjadi LED canggih, yang praktis, masa kini dan hemat energi.

Aku, hanya ingin menjadi seorang aku. Dan aku pun cuma mau, kamu melihatku sebagai seorang aku. Bukan karena aku bermata sipit, bukan karena aku menyukai cerita Perahu Kertas, bukan karena aku adalah seorang penyuka imaji dan dunia maya. Bukan karena, aku mirip sesuatu yang bukan aku.

Aku cuma ingin kamu mengingatku, sebagai seorang aku.

Dan itu saja sudah cukup.

I don't want to be seen as a doppleganger, because I don't need your doppleganger.
  
-penceritahujan-

Jumat, 16 November 2012

Katanya, Nada akan Menyapa Hujan


Ada yang bilang hujan itu bencana, tapi banyak juga yang berkata bahwa hujan itu anugerah.
Hujan pengundang keluhan, tetapi juga pembangkit memori. 
Hujan adalah hal yang dibenci hewan-hewan berbulu bermata manja, tapi kesukaan para katak dan penghuni ekosistem rumput. 
Hujan itu pencipta kerusakan bagi sepatu-sepatu berbahan kanvas, tetapi juga penilai ketangguhan sebuah sandal jepit kacangan. 
Hujan penghambat manusia berlibur akhir pekan, tapi juga pemberi nafkah bagi para penjaja payung jalanan. 

Hujan itu minus. Hujan itu plus.
Hujan itu menyebalkan. Hujan itu menyenangkan.
Hujan membawa kesedihan. Hujan itu mencipta kerinduan.

Hujan memaksa saya melihat segala sesuatu dari dua sisi. Dua sudut pandang. Dua pasang mata. Dua otak. Bahkan dua hati. 

Dan sebenarnya, hujan membuat saya membahana. Memaksa saya untuk tersenyum bahagia. Dan, saya tak bisa mengelak, tentunya. Hujan berhasil membuai saya, dalam sebuah euforia yang luar biasa. Mengalirkan sejuta kata tak tersurat, yang hanya sanggup melayang di tayangan salindia otak. Melambungkan sebuah imaji, akan masa lalu, sekarang, dan masa datang. Menjadi mesin waktu yang mampu berpindah-pindah, lebih hebat dari laci milik Nobita, ataupun mobil di film "Back To The Future". 

Selamat datang Musim Penghujan! Berikut, adalah beberapa list lagu awal pengiring hujan di tahun 2012 ini. Semoga bisa menemanimu menari di tengah gerimis manis! Enjoy! 

1. Mr Sonjaya - Melankoli



Suara berat dan irama akustik nan ringan menjadi salah satu semburat cahaya milik Mr Sonjaya, sebuah grup musik asal Bandung. Kombinasi lirik romantis, tapi bukan picisan, membuat para pendengarnya demikian tergila-gila, salah satunya adalah saya. Menurut seorang awam dengan wawasan musik seadanya, seperti saya, padanan manis antara kata-kata, nada dan suasana mampu menyentuh pojok memori, utamanya saat hujan tiba. 

Dari sekian banyak lagu, saya tengah dibuat jatuh cinta dengan satu judul: Melankoli. Mengapa? Kenapa bukan lagu bertajuk "Musim Penghujan" yang jelas-jelas memiliki kata "hujan" di dalamnya. Coba diintip sedikit liriknya:

Di balik indah semburat senja, aku merindukanmu,
Selepas drama melankoli cinta, aku mengharapkanmu,
Semalam angin berhembus bisikkan kepergianmu,
Di dalam hatiku berdoa, semoga tiada air mata membasahi pipi...

Rindu? Ya...sama seperti hujan, lagu ini memang menyiratkan kata "rindu". Tak salah bukan, bila saya sedang mengulang dan mengulang lagi dan mengulang lagi lagu ini? 

2. Banda Neira - Kau Keluhkan


Saya selalu sangat-sangat-sangat amat mencintai musik-musik bernada ringan, dengan lirik yang membuat saya tertegun, tidak to the point, tapi menyiratkan simbol dan tanda. Dan pastinya, Banda Neira - sebuah duo Nelangsa Pop berbeda latar belakang - menyuarakan diksi pintar itu dalam sebuah rangkaian irama. Ilustrasi nada. 

Alhasil, lagu bertajuk "Kau Keluhkan" ini berhasil membuat kuping saya enggan bertolak menuju irama lainnya. Mengeluh, memang menjadi satu hal naluriah bagi manusia. Tapi dengan lagu ini, Banda Neira seakan menyisipkan pesan, bahwa suatu ketika, Matahari pasti bersinar lagi. Setiap sepi pasti terisi lagi. Sebuah janji akan ditepati kembali. 

Kau keluhkan awan hitam
yang menggulung tiada surutnya.
Kau keluhkan dingin malam,
yang menusuk hingga ke tulang.

Hawa ini kau benci,
dan kau inginkan tuk segera pergi,
berdiri angkat kaki,
tiada raut riangmu di muka, pergi segera!

Kau keluhkan sunyi ini,
tanpa ada yang menemani.
Kau keluhkan risau hati,
yang tak kunjung juga berhenti.

Rasa itu kau rindu,
dan kau inginkan tuk segera tiba.
Dan kembali bermimpi
hanyut dalam hangatnya pelukan cahaya oh mentari!

Dan ingatlah pesan Sang Surya
pada manusia, malam itu,
tuk mengingatnya di saat dia tak ada
tuk mengingatnya di saat dia tak ada
tuk mengingatnya di saat dia tak ada,
esok pasti jumpa...!


3. Kla Project - Gerimis



Saya adalah seorang pecinta lagu lama. Bahkan dalam sebuah aplikasi jejaring sosial facebook saja, nilai tebakan saya akan tembang lawas jauh lebih tinggi daripada lagu hingar-bingar masa kini. Dan Kla Project merupakan salah satu musisi idola, sampai detik ini. Iramanya selalu abadi. Hal ini seperti menjadi bukti, bahwa memori akan nada yang berkualitas akan tersimpan dalam sebuah kotak ingatan, dan bisa saja keluar, terlontar sewaktu-waktu, kapanpun, dimanapun. 

Salah satu tembang favorit saya dari Kla Project adalah: Gerimis. Selain memang berkaitan dengan hujan - dimana saya adalah salah seorang penggemar berat dari hujan - seperti biasa, lirik yang berkenaan dengan cuaca, selalu melambangkan sebuah kode. Tanda. Membuat saya belajar berinterpretasi, bahwa dalam lagu ini, lagi-lagi tersiar kata rindu. Sendu.

Sekejap badai datang, mengoyak kedamaian,
Segala musnah, lalu, gerimis langitku, menangis.
Kekasih, andai saja kau mengerti,
harusnya kita mampu lewati itu semua,
dan bukan menyerah untuk berpisah...?

Sekali lagi, speechless dan tak sanggup berkata-kata. 

4. Payung Teduh - Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan


Seperti biasa, suara lirih milik Is, sang vokalis, diiringi oleh komposisi nada yang lembut, pertemuan antara gitar, drum, guitalele serta contra bass, membuat waktu berjalan relatif lambat. Seperti biasa, kalimat puitis mewarnai setiap alunan nada jazz yang bereksplorasi menjadi satu dengan petikan guitalele khas keroncong. Satu kata saja: manis.

Lagu pengiring hujan bagi saya kali ini berjudul cukup panjang. Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tidak Diikhlaskan. Dan, niscaya, lagu ini mampu mengubah emosi seketika, membuatnya terombang-ambing dalam dunia imaji. Saat sesuatu yang harus diikhlaskan, tetapi tak pernah bisa diikhlaskan, sama sekali. Saat dua hati, hanya bisa saling berbicara dalam mimpi.

Kita tak semestinya berpijak diantara
Ragu yang tak berbatas
Seperti berdiri ditengah kehampaan
Mencoba untuk membuat pertemuan cinta

Ketika surya tenggelam
Bersama kisah yang tak terungkapkan
Mungkin bukan waktunya
Berbagi pada nestapa
Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap

Kita pernah mencoba berjuang
Berjuang terlepas dari kehampaan ini
Meski hanyalah dua cinta
Yang tak tahu entah akan dibawa kemana

Kita adalah sisa-sisa keikhlasan
Yang tak diikhlaskan
Bertiup tak berarah
Berarah ke ketiadaan
Akankah bisa bertemu
Kelak didalam perjumpaan abadi

5. The Sastro - Plazamaya



Berbeda dengan tembang-tembang sebelumnya, lagu terakhir yang saya pilih sebagai pengiring musim penghujan kali ini sama sekali tidak mengandung lirik, barang satu kata pun. The Sastro, sebuah band yang berisi lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini mengomposisikan karya tanpa diksi, membuat pendengarnya mampu berimajinasi dalam dimensi maya tersendiri.

Lagu berdurasi 9 menit ini mampu mengaduk-aduk emosi saya. Menghujani saya dengan sejuta pertanyaan bertubi-tubi, ataupun beribu cerita dan memori. Menemani kekosongan yang mendekam dalam otak saya, yang katanya disebut dengan writer's block. 

Percaya nggak percaya, tembang Plazamaya ini telah membantu saya menarik kembali ide-ide terselubung, yang terhimpit oleh kenangan buruk. Mampu mengundang air mata atau lamunan tanpa isi. Plazamaya, sudah menjadi teman melewati badai yang dipenuhi tanda tanya, hingga pelangi datang membawa sebuah kata ceria.

---------------------

Lima lagu tanah air tersebut menjadi beberapa dari banyak lagu yang telah mengiringi permulaan musim hujan di penghujung tahun ini. Semoga hujan tahun ini mendatangkan bahagia, bukan menjadi sebuah bencana. Amin. :)

-penceritahujan-

Senin, 12 November 2012

Raein and Klodi : #1 Utusan Langit





illustrated by: geby fansuri

“Klodi, maen ke bumi yuk!”
“Ogah ah, maen sama kamu mah basah!”
“Klodi kan udah biasa yah basah-basahan, orang tiap hari juga aku menunggang di atas punggung kamu kok, udah kewajiban tahu!”
“Gamau ah, Ujan! Kamu mah bau apek.”

Percakapan pagi ini dimulai dengan kegiatan tarik menarik antaraku dengan Klodiklodi. Memang, kami itu semacam pasangan yang agak ajaib. Klodi sih yang aneh. Aku mah normal, seperti layaknya hujan-hujan yang lainnya. Kalau Klodi, dia itu suka menyebut dirinya skeptis dan apatis. Selalu menjadi awan hitam, ujarnya. 

“Saya lebih cocok berada di keluarga Awan Stratus daripada Kumulus, saya kan gelap dan kelabu. Betul kan, Ujan?”

Aku hanya diam. Tersenyum dan menatapnya perlahan. Mendalam. Aku yakin, percaya seratus – bahkan dua ratus persen – kalau kebaikan hati Klodi itu lebih besar dari awan-awan putih sekalipun.

***
 
Oh iya, kenalkan. Namaku Uja-Ujan. Aku lahir di Kerajaan Angkasa, sebuah tatar mewah dengan ruang lingkup benda-benda melayang yang masih berada di batasan atmosfer. Tepatnya, aku itu dijuluki sebagai Manusia Planet Hujan. Seperti planet yang ada di buku-buku dongeng, tapi aku nyata. 

Aku, hidup sebagai utusan Raja Langit seumur nyawaku. Konon katanya, dulu, saat Raja Langit masih menjadi seorang Pangeran, dia iseng sesekali bermain mengelilingi daratan yang berada di tanah bola biru di bawah kerajaanku. 

Di sana, Langit terkesima mentah-mentah oleh cantiknya tanah tersebut. Pepohonan hijau, lautan luas membentang, hingga bebatuan merah penuh cahaya. Dan alkisah, daratan cantik itu memiliki nama. Bumi, namanya.  

Langit yang gagah perkasa, jatuh cinta, luluh lantah sekejap terhadap sesosok Bumi dengan kasta yang lebih rendah. Dan, sejak saat itu, Langit selalu memerhatikan Bumi dari kejauhan. Memeluknya diam-diam kala ia tertidur, membantunya berdansa memutari Matahari, dan memberikan hadiah seperti Langit Sore dan Pelangi. 

Seperti di dongeng-dongeng, Langit dan Bumi pun sama-sama memendam rasa. Tak jarang Bumi menumbuhkan aneka warna bunga cantik untuk membuat Langit tersenyum. Atau memercikkan air terjun, sehingga Langit kembali berwarna biru dan merasa tenang. 

Namun, rahasia itu lambat laun tercium oleh para petinggi Kerajaan. Langit dan Bumi seringkali dianggap tak sebanding. “Bumi itu ada di bawah, rendah. Kita lebih agung, Langit!” ungkap para Dewan Kerajaan kala memergoki perasaan yang dipendam Langit.

Sejak saat itu, Langit dan Bumi terpisahkan oleh jarak, kasta, tingkatan. Terbataskan oleh posisi. Tak jarang Bumi merasa sedih, merasa rindu pada Langit tapi tak tahu apa yang harus diperbuat.

Patah hati menjadi sebuah hal yang menyesakkan. Langit tak ingin tinggal diam. Lantas, ia mengutus Awan dan Hujan untuk mengantarkan surat. Dalam satu tahun, Langit mengirim 182 surat di setiap harinya sebagai tanda bahwa Langit kangen sama Bumi. 

Dan itu adalah tugasku sebagai makhluk-makhluk Planet Hujan, serta tugas Klodi sebagai salah satu dari anggota keluarga Awan, yang menjadi tetanggaku di Tatar Angkasa. 

Nah, kan! Aku lupa memperkenalkan Si Klodi, pasanganku yang menyebalkan ini. Dia terlahir sebagai awan pengantar hujan, yang menjadi utusan dari Sang Langit.

Anggap saja itu kebetulan. Kami bertemu di sebuah persimpangan jalan dekat Istana Langit. Aku, memang sudah lama tahu, bahwa Awan gemuruh itu namanya Klodi, dan konon katanya, dia juga sudah tahu bahwa namaku Uja-Ujan. 

Mirip seperti sinetron di layar kaca manusia yang biasa aku intip waktu aku turun bertemu Bumi, aku dan Klodi berada dalam situasi yang lucu. Cinta lokasi? Nggak juga sih. Sebut saja, kami menyerupai film Serendipity yang diperankan oleh John Cusack. Aku tahu darimana? Sudah kubilang, aku itu Hujan yang bisa menempel di kaca jendela manusia, mengintip tontonan apa yang mendominasi otak mereka, tanpa mereka harus tahu. 

Kali pertama kami bertemu, Klodi dan aku merupakan salah satu petugas yang baru perdana mendapat tugas mengantarkan surat rindu ke tanah Bumi. Dia menjadi pengendaranya, dan aku tentu saja menjadi pembawa surat-surat maya itu.

Shit happens, tapi rasanya buat aku hal ini sama sekali tidak terlihat seperti sebuah shit alias kotoran manusia. Hal ini lebih terlihat seperti keajaiban, bonus yang diberikan Langit atas keberanianku melakukan tugas perdana. 

Klodi, kala itu mengendarai vespa kesayangannya. Lucu juga, Klodi sangat menyukai motor buatan manusia itu. Tak heran bila Langit memberikan semacam duplikatnya sebagai hadiah atas tugas perdana yang diemban olehnya. Hanya bedanya, sang vespa terbuat dari butiran-butiran kristal es yang dibentuk menggumpal seperti awan. Massa di dalamnya digerakkan oleh bantuan makhluk Planet Angin. 

Tapi, duplikat mesin buatan makhluk Bumi itu mengadaptasi sifat-sifat asli dari motor tersebut, hingga sifat jeleknya. Sering mogok dan rewel. Otomatis Klodi harus super sabar menghadapinya. Tapi ya, kalau sudah suka, semua hal pun seakan terlupakan dan terbutakan.
Dan alhasil, aku menjadi salah satu korban dari mogoknya duplikat vespa milik Klodi. Tugas perdana, sekaligus pertemuan pertama aku dan Klodi ini, tak hanya diwarnai mogok. Nyasar dan salah jalan juga menghiasi perjalanan kami. 

Anehnya, aku tak merasa marah, kesal atau apapun, meskipun surat yang harus kukirimkan terdiri atas beratus-ratus lembar. Ajaib. Aku merasa Langit meminta tolong pada Bumi untuk menanam bunga-bunga cantik di dunia khayalku. Menjadi bonus penghujung yang aku dapatkan. Membuatku tersenyum malu. 

Akhirnya, kami sampai di rumah Bumi. Begitu Bumi nan cantik bertanya pada kami, kenapa kami sampai tersesat, kami cuma tersenyum, setengah menahan tawa. Klodi pun begitu. Walau aku nggak terlalu bisa menebak hatinya seperti apa. Tapi aku yakin, Langit juga memberi bonus yang sama pada Klodi. Perasaan ini. 

Sejak itu, hadiah bunga-bunga maya dari Langit menjadi hadiah pertama, dan hadiah yang selalu aku simpan hingga kini. Dia tidak bisa layu, atau hilang menjadi bangkai. Karena ini bonus dari Langit. Iya, ini adalah bonus karena kami sama-sama utusan Langit yang menyampaikan surat rindu bagi Bumi. 


***