Ada yang
bilang hujan itu bencana, tapi banyak juga yang berkata bahwa hujan itu
anugerah.
Hujan
pengundang keluhan, tetapi juga pembangkit memori.
Hujan adalah
hal yang dibenci hewan-hewan berbulu bermata manja, tapi kesukaan para katak
dan penghuni ekosistem rumput.
Hujan itu
pencipta kerusakan bagi sepatu-sepatu berbahan kanvas, tetapi juga penilai
ketangguhan sebuah sandal jepit kacangan.
Hujan
penghambat manusia berlibur akhir pekan, tapi juga pemberi nafkah bagi para
penjaja payung jalanan.
Hujan itu
minus. Hujan itu plus.
Hujan itu
menyebalkan. Hujan itu menyenangkan.
Hujan
membawa kesedihan. Hujan itu mencipta kerinduan.
Hujan
memaksa saya melihat segala sesuatu dari dua sisi. Dua sudut pandang. Dua
pasang mata. Dua otak. Bahkan dua hati.
Dan
sebenarnya, hujan membuat saya membahana. Memaksa saya untuk tersenyum bahagia.
Dan, saya tak bisa mengelak, tentunya. Hujan berhasil membuai saya, dalam
sebuah euforia yang luar biasa. Mengalirkan sejuta kata tak tersurat, yang
hanya sanggup melayang di tayangan salindia otak. Melambungkan sebuah imaji,
akan masa lalu, sekarang, dan masa datang. Menjadi mesin waktu yang mampu
berpindah-pindah, lebih hebat dari laci milik Nobita, ataupun mobil di film
"Back To The Future".
Selamat
datang Musim Penghujan! Berikut, adalah beberapa list lagu awal pengiring hujan
di tahun 2012 ini. Semoga bisa menemanimu menari di tengah gerimis manis! Enjoy!
1. Mr
Sonjaya - Melankoli
Suara berat
dan irama akustik nan ringan menjadi salah satu semburat cahaya milik Mr
Sonjaya, sebuah grup musik asal Bandung. Kombinasi lirik romantis, tapi bukan
picisan, membuat para pendengarnya demikian tergila-gila, salah satunya adalah
saya. Menurut seorang awam dengan wawasan musik seadanya, seperti saya, padanan
manis antara kata-kata, nada dan suasana mampu menyentuh pojok memori, utamanya
saat hujan tiba.
Dari sekian
banyak lagu, saya tengah dibuat jatuh cinta dengan satu judul: Melankoli. Mengapa?
Kenapa bukan lagu bertajuk "Musim Penghujan" yang jelas-jelas
memiliki kata "hujan" di dalamnya. Coba diintip sedikit liriknya:
Di balik indah semburat senja, aku merindukanmu,
Selepas drama melankoli cinta, aku mengharapkanmu,
Semalam angin berhembus bisikkan kepergianmu,
Di dalam hatiku berdoa, semoga tiada air mata
membasahi pipi...
Rindu?
Ya...sama seperti hujan, lagu ini memang menyiratkan kata "rindu".
Tak salah bukan, bila saya sedang mengulang dan mengulang lagi dan mengulang
lagi lagu ini?
2. Banda
Neira - Kau Keluhkan
Saya selalu
sangat-sangat-sangat amat mencintai musik-musik bernada ringan, dengan lirik
yang membuat saya tertegun, tidak to the point, tapi menyiratkan simbol
dan tanda. Dan pastinya, Banda Neira - sebuah duo Nelangsa Pop berbeda latar
belakang - menyuarakan diksi pintar itu dalam sebuah rangkaian irama. Ilustrasi
nada.
Alhasil, lagu
bertajuk "Kau Keluhkan" ini berhasil membuat kuping saya
enggan bertolak menuju irama lainnya. Mengeluh, memang menjadi satu hal
naluriah bagi manusia. Tapi dengan lagu ini, Banda Neira seakan menyisipkan
pesan, bahwa suatu ketika, Matahari pasti bersinar lagi. Setiap sepi pasti
terisi lagi. Sebuah janji akan ditepati kembali.
Kau keluhkan awan hitam
yang menggulung tiada surutnya.
Kau keluhkan dingin malam,
yang menusuk hingga ke tulang.
Hawa ini kau benci,
dan kau inginkan tuk segera pergi,
berdiri angkat kaki,
tiada raut riangmu di muka, pergi segera!
Kau keluhkan sunyi ini,
tanpa ada yang menemani.
Kau keluhkan risau hati,
yang tak kunjung juga berhenti.
Rasa itu kau rindu,
dan kau inginkan tuk segera tiba.
Dan kembali bermimpi
hanyut dalam hangatnya pelukan cahaya oh mentari!
Dan ingatlah pesan Sang Surya
pada manusia, malam itu,
tuk mengingatnya di saat dia tak ada
tuk mengingatnya di saat dia tak ada
tuk mengingatnya di saat dia tak ada,
esok pasti jumpa...!
3. Kla Project
- Gerimis
Saya adalah
seorang pecinta lagu lama. Bahkan dalam sebuah aplikasi jejaring sosial facebook
saja, nilai tebakan saya akan tembang lawas jauh lebih tinggi daripada lagu
hingar-bingar masa kini. Dan Kla Project merupakan salah satu musisi idola,
sampai detik ini. Iramanya selalu abadi. Hal ini seperti menjadi bukti, bahwa
memori akan nada yang berkualitas akan tersimpan dalam sebuah kotak ingatan,
dan bisa saja keluar, terlontar sewaktu-waktu, kapanpun, dimanapun.
Salah satu
tembang favorit saya dari Kla Project adalah: Gerimis. Selain memang
berkaitan dengan hujan - dimana saya adalah salah seorang penggemar berat dari
hujan - seperti biasa, lirik yang berkenaan dengan cuaca, selalu melambangkan
sebuah kode. Tanda. Membuat saya belajar berinterpretasi, bahwa dalam lagu ini,
lagi-lagi tersiar kata rindu. Sendu.
Sekejap badai datang, mengoyak kedamaian,
Segala musnah, lalu, gerimis langitku, menangis.
Kekasih, andai saja kau mengerti,
harusnya kita mampu lewati itu semua,
dan bukan menyerah untuk berpisah...?
Sekali lagi,
speechless dan tak sanggup berkata-kata.
4. Payung
Teduh - Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan
Seperti biasa, suara lirih milik Is,
sang vokalis, diiringi oleh komposisi nada yang lembut, pertemuan antara gitar,
drum, guitalele serta contra bass, membuat waktu berjalan relatif
lambat. Seperti biasa, kalimat puitis mewarnai setiap alunan nada jazz yang
bereksplorasi menjadi satu dengan petikan guitalele khas keroncong. Satu
kata saja: manis.
Lagu pengiring hujan bagi saya kali ini berjudul cukup panjang. Kita adalah
Sisa-sisa Keikhlasan yang Tidak Diikhlaskan. Dan, niscaya, lagu ini mampu
mengubah emosi seketika, membuatnya terombang-ambing dalam dunia imaji. Saat
sesuatu yang harus diikhlaskan, tetapi tak pernah bisa diikhlaskan, sama
sekali. Saat dua hati, hanya bisa saling berbicara dalam mimpi.
Kita tak semestinya berpijak diantara
Ragu yang tak berbatas
Seperti berdiri ditengah kehampaan
Mencoba untuk membuat pertemuan cinta
Ketika surya tenggelam
Bersama kisah yang tak terungkapkan
Mungkin bukan waktunya
Berbagi pada nestapa
Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap
Kita pernah mencoba berjuang
Berjuang terlepas dari kehampaan ini
Meski hanyalah dua cinta
Yang tak tahu entah akan dibawa kemana
Kita adalah sisa-sisa keikhlasan
Yang tak diikhlaskan
Bertiup tak berarah
Berarah ke ketiadaan
Akankah bisa bertemu
Kelak didalam perjumpaan abadi
5. The
Sastro - Plazamaya
Berbeda
dengan tembang-tembang sebelumnya, lagu terakhir yang saya pilih sebagai
pengiring musim penghujan kali ini sama sekali tidak mengandung lirik, barang
satu kata pun. The Sastro, sebuah band yang berisi lulusan Institut
Kesenian Jakarta (IKJ) ini mengomposisikan karya tanpa diksi, membuat
pendengarnya mampu berimajinasi dalam dimensi maya tersendiri.
Lagu berdurasi 9 menit ini mampu mengaduk-aduk emosi saya. Menghujani saya
dengan sejuta pertanyaan bertubi-tubi, ataupun beribu cerita dan memori.
Menemani kekosongan yang mendekam dalam otak saya, yang katanya disebut dengan writer's
block.
Percaya nggak percaya, tembang Plazamaya ini telah membantu
saya menarik kembali ide-ide terselubung, yang terhimpit oleh kenangan buruk.
Mampu mengundang air mata atau lamunan tanpa isi. Plazamaya, sudah menjadi
teman melewati badai yang dipenuhi tanda tanya, hingga pelangi datang membawa
sebuah kata ceria.
---------------------
Lima lagu tanah air tersebut menjadi beberapa dari banyak lagu yang telah
mengiringi permulaan musim hujan di penghujung tahun ini. Semoga hujan tahun
ini mendatangkan bahagia, bukan menjadi sebuah bencana. Amin. :)
-penceritahujan-